Rabu, 01 Februari 2017

MAKALAH E-LEARNING 

NAMA : ULUL AZMI 

JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA ARAB EXT-I

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Pengetahuan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapa tdipisahkan satu sama lain. Pengetahuan yang d idapat oleh seseorang takkan pernah ada bila tanpa melalui proses pembelajaran. Sedangkan hakekat daripada pembelajaran itu sendiri adalah untuk memperoleh pengetahuan. Dan untuk memperoleh hal-hal tersebut, dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan atau dapat juga dengan  membaca buku.
Namun dapat dibayangkan bila pelatihan tersebut dapat digantikan dengan menggunakan bantuan alat seperti teknologi informasi dan komunikasi yang kini berkembang sedemikian pesatnya seiring dengan perkembangan jaman dan telah merambah keberbagai aspek kehidupan manusia. Bayangkan pula berapa waktu dan biaya yang dapat dihemat bila proses pelatihan dan pembelajaran tersebut dapat dilakukan tanpa memandang siapa pelakunya, tanpa batasan tempat dan waktu.
 Dengan menggunakan bantuant eknologi informasi dan komunikasi tersebut. Adanya alat-alat itu dapat mengubah pikiran manusia, mengubah cara kerja dan cara hidupnya. Demikian juga, pendidikan tidak terlepas dari pengaruh teknologi. Kejadian ini dapat diidentifikasikan sebagai kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan komunikasi.[1]
Dari beberapa penyebab kemajuan ilmu pengetahuan teknologi, informasi dan teknologi tersebut dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang dilakukan oleh para pakar pendidikan untuk memajukan bidang pendidikan tersebut ?”Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Untuk itu pembahasan makalah ini diangkat untuk mengungkap masalah-masalah tersebut. Berdasarkan fakta yang ada, dan karya-karya ilmiah yang telah ditulis oleh para pakar pendidikan, telah ditemukan upaya untuk memajukan dunia pendidikan, dengan menciptakan/memperkenalkan sistem pembelajaran yang efektif dan efisien bagi guru dan peserta didik.yang berupa pembelajaran jarak jauh dengan mempergunakan media elektronika yang dikenal dengan istilah E-Learning.
Selanjutnya, berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul“E-Learning ”.

B.     Rumusan Masalah Lanjut Baca ......
      
E- LEARNING, SEJARAH PERKEMBANGANNYA,
DAN HUBUNGAN E- LEARNING
DENGAN DISIPLIN ILMU LAINNYA
NAMA : FADILAH
NIM : 20161030120246
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM KEDIRI

Pengertian E-Learning
E-learning adalah suatu sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar. Berikut beberapa pengertian E-learning dari berbagai sumber:
1.     Pembelajaran yang disusun dengan tujuan menggunakan sistem elektronik atau komputer sehingga mampu mendukung proses pembelajaran (Michael, 2013:27). 
2.     Proses pembelajaran jarak jauh dengan menggabungkan prinsip-prinsip dalam proses pembelajaran dengan teknologi (Chandrawati, 2010).
3.     Sistem pembelajaran yang digunakan sebagai sarana untuk proses belajar mengajar yang dilaksanakan tanpa harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan siswa (Ardiansyah, 2013).
Definisi E-Learning
Istilah e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.

Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet (Purbo & Hartanto, 2002). Lanjut Baca ....


Selasa, 17 Januari 2017


TUGAS MAKALAH
E- LEARNING

Dosen : Andre Warsito, M.Pd.

E- LEARNING, SEJARAH PERKEMBANGANNYA,

DAN HUBUNGAN E- LEARNING

DENGAN DISIPLIN ILMU LAINNYA

Oleh
Nama : Ahmad Anis
Nim : 201210302073
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM KEDIRI


Pengertian E-learning
E-Learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Sistem e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu (Nugroho, 2007).


Banyak orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan e-learning, namun pada prinsipnya e-learning adalah pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya. E-learning memang merupakan suatu teknologi pembelajaran yang yang relatif baru di Indonesia (Tafiardi, 2005).

Definisi E-Learning
Istilah e-learning dapat didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya.

Istilah e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Oleh karena itu, istilah e-learning lebih tepat ditujukan sebagai usaha untuk membuat sebuah transformasi proses belajar mengajar yang ada di sekolah/universitas ke dalam bentuk digital yang dijembatani oleh teknologi internet (Purbo & Hartanto, 2002). Lanjut Baca.......

Jumat, 13 Januari 2017

MAKALAH E LEARNING M. MARHAEN



DISUSUN OLEH :
NAMA      : M. MARHAEN
KELAS     : EXTENSI 1 PBA

FAKUTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NURUL HAKIM
2016/2017

BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang Masalah
Pengetahuan dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapa tdipisahkan satu sama lain. Pengetahuan yang d idapat oleh seseorang takkan pernah ada bila tanpa melalui proses pembelajaran. Sedangkan hakekat daripada pembelajaran itu sendiri adalah untuk memperoleh pengetahuan. Dan untuk memperoleh hal-hal tersebut, dapat dilakukan dengan mengikuti pelatihan atau dapat juga dengan  membaca buku. Lanjuat Baca.......

Selasa, 27 Desember 2016

MEDIA PEMBELAJARAN



TUGAS MEDIA DAN TEKHNOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Saiful Bahri, M.Pd.I

Oleh : Syamsul Wathon (2016.10.30.2235)
Institut Agama Islam Nurul Hakim Kediri Lombok Barat


1.    Nama Media
       Pembelajaran            :    Kotak Tata Bahasa

2.    Deskripsi Media
       Pembelajaran            :    Sebuah kotak yang berbentuk Kubus biasanya berukuran 20 x 25 cm dan masing-masing sisi tersebut terdapat kosakata baik berbentuk kata kerja, kata benda, huruf atau lainnya.
3.    Tujuan                       :    Pemahaman dan penggunaan pembentukan kata, frasa, dan kalimat (Tata Bahasa Arab/Qawa’id).

4.    Cara Penggunaan     :
o   Buatlah kotak berbentuk Kubus yangsisi-sisinya terdapat kosakata berbentukkata kerja (Kalimah Fi’il), kata benda (Kalimah Isim), kata sambung (Harf).
o   Komponen ini diajarkan secara wadifi, yaitu tatabahasa fungisional dalam sebuah kalimat yang diintegrasikan dalam empat maharoh yang diajarkan, sehingga secara otomatis siswa akan dapat menggunakan pola-pola yang dicontohkan, baik dalam Istima’ Kalam, Qiro’ah, dan Kitabah.
o   Guru membacakan dan menjelaskan kata-kata pada kotak tatabahasa sementara murid-murid menyimak penjelasan dari guru.
o   Guru bersama semua siswa mengucapkan kembali kosakata tersebut dengan serempak
o   Guru meminta siswa menulis kembali kosakata yang terdapat pada kotak tatabahasa
o   Guru meminta masing-masing untuk menyampaikan (presentasi) kembali di depan kelas.
o   Guru memberikan kesimpulan.
o   Terakhir guru menutup pelajaran.
Kediri, 7 Desember 2016





Penulis

MEDIA PEMBELAJARAN
KOTAK TATA BAHASA










محمد


 
          إلى       صباحا      المسجد


 
ذهب

PSIKOLOGI ANAK PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Psikologi yang dalam Istilah lama disebut ilmu jiwa itu berasal dari kata bahasa Inggris Psychologi. Kata Psychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari bahasa Greece (Yunani), yaitu: 1) psyche yang berarti jiwa; 2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.[1]
Pada dasarnya, para ahli sepakat mengambil kesimpulan bahwa psikologi perkembangan adalah sebuah studi yang mempelajari secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogeni, yaitu mempelajari struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang rentang hidupnya (life span) dari masa konsepsi hingga menjelang akhir hayat. [2]
Banyak hal yang dibahas dalam psikologi seperti : perkembang-an kepribadian, persepsi, motivasi, emosi, belajar, ingatan, berfikir, dan lain-lain.
Namun dalam makalah ini tidak akan dibahas semua hal diatas. Hanya akan membahas tentang perkembangan anak pra-sekolah dan sekolah dasar serta implikasinya dalam pendidikan.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian perkembangan anak ?
2.    Bagaimana tahap pertumbuhan anak ?
3.    Bagaimana perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4.    Bagaimana pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5.      Bagaimana implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?
C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian perkembangan anak.
2.    Untuk mengetahui tahap pertumbuhan anak ?
3.    Untuk mengetahui perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4.    Untuk mengetahui pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5.    Untuk mengetahui implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?

D.      Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam makalah ini adalah metode library research. Yang mana penulis menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai bahan referensi dimana penulis mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15), perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah).
Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84), perkembangan merujuk kepada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi, misalnya kekuatan dan koordinasi.
Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan ini disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping itu disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah laku. Dari sini kita dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi, yaitu suatu perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari pertumbuhan dan belajar.
Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari perkembangan manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan berarti juga upaya mengamati segala perubahan yang terjadi secara sistematis dalam diri seseorang, mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dengan sperma) sampai kematian.
Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga usia enam atau delapan tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat tahun pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun, maka perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada rentang usia tersebut.
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat setelah di luar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron dan bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Melalui persaingan alami akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat Semakin banyaknya zat myelin yang diproduksi maka semakin banyak dendrite yang tumbuh, sehingga akan semakin banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk unit-unit.
Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan, memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat memengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal ini sulit diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku. Penyimpangan ini dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif.
Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan anak tidak akan memberi arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, memproduksi, dan merekonstruksi informasi.
Di samping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode berikutnya, dan jika kondisi ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat permanen.
Konsep di atas menuntut adanya pengintegrasian aspek psikososial dan pendidikan, gizi dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang anak, atau dengan kata lain anak mendapatkan layanan dasar secara holistis. Dalam perkembangan anak, pada saat-saat tertentu dapat terjadi kemandekan tugas-tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun setelah masa ini berlalu ada tugas perkembangan vang bisa dikejar dan ada pula yang tidak dapat dikejar sama sekali.[3]

B.       Tahap Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang dimaksud tidak hanya pada bagian luar tubuh saja tetapi juga pada organ dalam tubuh, termasuk otak, jantung, dan hati. Tahap pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut :
1.    Masa pra lahir atau masa konsepsi, yaitu masa mudghah, yaitu sejak pembuahan hingga kehamilan delapan minggu. Secara genetis pertumbuhan manusia diawali dari bertemunya sperma dan sel telur. Pada masa ini juga mengalami pertumbuhan yang cepat dalam pembentukan janin hingga menjadi bayi yang ada dalam kandungan ibu, pada masa kehamilan.
2.    Masa bayi, yaitu masa sejak lahir sampai usia satu tahun. Pada masa ini pertumbuhan bayi sangat cepat dan signifikan. Setiap hari bentuk dan ukuran bayi dapat dilihat pertumbuhannya secara fisik, panjangnya, berat, dan tinggi badannya.
3.    Masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun.
4.    Masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun.
5.    Masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun.
6.    Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ditentukan oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan serta interaksi kedua faktor ini. Dalam prosesnya kedua faktor ini saling berinteraksi dengan faktor psikologis manusia sehingga terbentuklah manusia seperti apa yang kita lihat. Pertama, faktor genetik atau bawaan merupakan potensi dasar yang dibawa oleh manusia, dan kedua, faktor lingkungan memberikan kesempatan faktor genetik tersebut berkembang secara optimal.
Stimulasi yang diberikan akan berpengaruh secara optimal pada anak jika diberikan tepat pada saat munculnya masa peka pada anak dan sesuai dengan kondisi anak dalam semua aspek tumbuh kembang.[4]
C.      Perkembangan Anak Pra-Sekolah (Usia 4-5 Tahun)
Perkembangan merupakan proses yang teratur yang berkaitan dengan reorganisasi perilaku dan perubahan kualitatif pada diri seseorang. Perkembangan anak usia dini merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan anak diperoleh melalui kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar dapat terjadi dalam berbagai situasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak dengan manusia lain dan lingkungan alam sekitar. Belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan. Memahami perkembangan anak, maka perlu memahami karakteristik masing-masing perkembangan.
Banyak para ahli mengemukakan ciri-ciri anak usia dini, di antaranya Snowman (1993) yang telah memaparkan ciri-ciri anak usia dini antara usia 3-6 tahun, sebagai berikut[5]:
1.    Ciri Fisik Anak Pra-Sekolah
Penampilan maupun gerak gerik anak taman kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya, anak pra-sekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak lebih berkembang dari kontrol jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak belum terampil dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada objek-objek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan matanya masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati bila anak berkelahi dengan teman-temannya. Orang tua atau guru harus senantiasa mengawasi dengan cermat dan telaten.
2.    Ciri sosial anak usia dini
Paten (1932), mengamati tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang bermain bebas sebagai berikut :
a.    Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesung-guhnya. Ia mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang. temannya tanpa melakukan kegiatan apa pun.
b.    Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.
c.    Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.
d.   Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e.    Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya sendiri-sendiri.
f.     Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi, ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain. Sejalan dengan perkembangan kognitif anak.
3.    Ciri emosional anak usia dini
Hurlock (1992: 116), mengemukakan pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak sebagai berikut :
a.    Amarah. Penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain.
b.   Takut. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan film-film yang menakutkan.
c.    Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga, biasanya adik yang baru lahir.
d.   Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.
e.    Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f.    Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat, situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan, bencana yang ringan, membohongi orang lain, dan berhasil melakukan tugas yang dianggap sulit.
g.   Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan.
h.   Kasih sayang. Anak-anak belajar mencintai orang lain, binatang, atau benda yang menyenangkannya.

4.    Ciri kognitif anak usia dini
ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional anak usia 4-6 tahun menurut Steinberg dkk. (1995: 48) sebagai berikut :
a.    Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman yang dipilih sendiri, bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasang -pasangan.
b.   Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta berada pada tahap heteronomous morality. Artinya pada masa ini anak sudah mampu menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat-akibat dari perilaku.
c.    Dapat membereskan alat mainan.
d.   Rasa ingin tahu yang besar, mampu bicara dan bertanya apabila diberi kesempatan, dapat diajak diskusi.
e.    Mulai dapat mengendalikan emosi diri.
f.    Mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri-sendiri.

D.      Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12 tahun)
Sampai dengan Gestaltwandel pertama (Zeller, 1952; Hetzer, 1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan masih relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.
Sesudah Gestaltwandel pertama bila anak sudah mencapai bentuk anak sekolah maka ia akan lebih menyerupai bentuk orang dewasa daripada misalnya anak umur 2 tahun. Bertambahnya berat badan sebagian besar merupakan akibat bertambahnya jaringan urat daging. Dalam keseluruhannya maka keadaan jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat. Sebagai akibat bertambahnya differensiasi dan myelinisasi (myeline = suatu zat seperti lemak dalam sungsum tulang belakang dan urat syaraf) dalam susunan urat syaraf maka kecakapan-kecakapan motorik bertambah banyak. Pada umur 5 tahun keseimbangan badan anak sudah berkembang cukup baik, anak sudah pandai berjalan, dapat naik tangga, meloncat dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama dan sering juga sudah dapat bersepeda.
Sesudah Gestaltwandel pertama, jadi sesudah usia 6 tahun. pertumbuhan badan menjadi agak lambat, daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5 sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak laki-laki agak lebih besar sedikit daripada anak wanita, sesudah itu maka wanita lebih unggul dalam panjang badan, tetapi sesudah ±15 tahun anak laki-laki mengejarnya dan tetap unggul daripada anak wanita.
Berat badan anak bertambah lebih banyak daripada panjang badannya. Pada akhir periode ini diketemukan lebih banyak perbedaan individual di antara anak-anak, sekarang nampak lebih banyak perbedaan fisik yang khas daripada dulu.
Seperti telah diketemukan di muka maka pada permulaan masa sekolah, jadi sekitar 6 tahun, kaki dan tangan menjadi lebih panjang, dada dan panggul lebih besar. Dalam hal ini hampir tidak ada perbedaan-perbedaan karena jenis seks. Pada umumnya ada relasi yang tetap dalam perkembangan tulang dan jaringan. Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan badan dapat diharapkan bahwa kemampuan seperti lari, meloncat dan melempar akan bertambah dalam masa ini. Dari itu juga dapat nampak anak makin bertambah cepat larinya. Juga mereka makin pandai meloncat dengan bertambahnya usia. Dalam hal ini sekali lagi ada perbedaan pada masing-masing anak.
Pada umur 6 tahun keseimbangan badannya relatif berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangan badannya (paling senang berjalan di atas dinding, pagar dan sebagainya). Penguasaan badan seperti membongkok, melakukan macam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga berkembang dalam masa anak sekolah. Juga berkembang koordinasi antara mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan pada anak laki-laki bertambah dengan pesat antara usia 6 dan 12 tahun. Dalam masa ini juga ada perubahan dalam sifat dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata bahwa kecakapan motorik ini makin disesuaikan dengan ’’keleluasaan” lingkungan. Gerakan motorik sekarang makin tergantung daripada aturan formal dan aturan yang telah ditentukan dan bersifat kurang spontan. Gerakan yang sangat banyak dilakukan oleh anak makin berkurang pada akhir masa ini.
Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala bentuk badan yang dianggap mempunyai hubungan yang langsung dengan beberapa sifat kepribadian tertentu. Sheldon membuat pembagian ke dalam 3 macam tipe', yaitu tipe endomorf (pendek dan gemuk), ektomorf (panjang dan kurus) dan mesomorf (urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik). Verdonck (1972) berusaha untuk membenarkan tipologi konstitusi tubuh Sheldon tersebut dengan penelitian yang mendalam terhadap anak-anak yang ada dalam yayasan-yayasan.
Verdonck menemukan adanya hubungan antara tipe konstitusi tubuh tadi dengan tingkah laku tertentu. Ia menunjukkan adanya hubungan sebab akibat langsung antara bentuk tubuh dan tingkah laku tangan. Dia dapat menunjukkan bahwa tipe-tipe tersebut mempunyai pre-disposisi untuk belajar tingkah laku-tingkah laku tertentu. Jadi dapat disimpulkan di sini bahwa suatu tipe tertentu tadi tidak langsung berhubungan dengan suatu tingkah laku, melainkan mempunyai lebih banyak kemungkinan untuk mengembangkan beberapa bentuk tingkah laku tertentu. Hal tersebut dianggap tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, melainkan sudah memegang peranan penting dalam masa kanak-kanak.[6]





E.       Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa Pra-Sekolah dan pada Masa Sekolah Dasar dalam Pendidikan.
1.    Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan
Dari berbagai sumber yang didapat, penulis berkesimpulan bahwa Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa pra-sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut[7] :
a.    Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
b.    Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
c.    Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
d.   Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan menggunakan bahasa.
e.    Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berartil mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk (hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan mencari kenikmatan dan kebahagiaan).
2.    Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan
Sejalan dengan pemaparan di atas, di sini penulis juga berkesimpulan bahwa Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut[8] :
a.    Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
b.    Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
c.    Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
d.   Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
e.    Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis, dan berhitung.
f.     Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g.    Mengembangkan kata hati.
h.    Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i.      Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial dan lembaga-lembaga.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan ini disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di samping itu disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah laku.
Tahap pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat dapat digambarkan sebagai berikut : Masa pra lahir atau masa konsepsi, masa bayi, masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun, masa pra sekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun, masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun, dan masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Perkembangan pada masa pra-sekolah mencakup perkembang-an fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional.
B.       Saran
Makalah ini mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Susanto. Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2. Jakarta: Kencana. 2012


F.J.Monks. A.M.P.Knoers. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagianya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2001.


Hamdanah. Psikologi Perkembangan. Malang:Setara Press. 2009


Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaha Rosdakarya. 2011.

Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan.  Jakarta: Kencana. 2011.



























PENGERTIAN ISTILAH


Neuron adalah unit kerja dasar dari otak, sel khusus yang dirancang untuk mengirimkan informasi ke sel saraf, otot, atau sel kelenjar. Kebanyakan neuron memiliki badan sel, akson, dan dendrit. Badan sel berisi inti dan sitoplasma.

Definisi Atrofi otak menyusut dari otak yang disebabkan oleh hilangnya sel, yang disebut neuron. Dua jenis atrofi otak dapat terjadi; umum dan fokus. Atrofi umum mengacu pada hilangnya neuron seluruh seluruh otak, dan atrofi fokus mengacu pada hilangnya neuron di daerah otak tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “progresif” diartikan sebagai ke arah kemajuan; berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang (tentang politik); dan bertingkat-tingkat naik (tentang aturan pemungutan pajak dan sebagainya). Sederhananya, “progresif” adalah perubahan menuju arah perbaikan.

Kata progresif itu sendiri terinspirasi dari hukum progresif Satjipto Rahardjo, suatu paradigma yang memandang bahwa hukum adalah untuk manusia; berbeda dengan ilmu hukum praktis yang menggunakan paradigma peraturan (rule), bahwa manusia lebih untuk hukum dan logika hukum. Dengan kata lain, di atas hukum masih ada akhlak. Sebagai contoh, ketika di tengah jalan kita bertemu dengan seorang tua yang hampir mati kelaparan dan kita pun membiarkannya, sikap itu tidak bisa dianggap bersalah secara hukum, tetapi secara moral kita terhitung telah melakukan kesalahan fatal. Maka dari itu, aspek moralitas musti diletakkan pada tataran tertinggi dalam diri manusia. 

Pada sel saraf, selubung Mielin adalah lapisan fosfolipid yang membungkus akson secara konsentrik. Sel Schwann merupakan sel yang membentuk selubung pada sistem saraf tepi, sedangkan oligodendrosit merupakan sel yang membentuk selubung yang sama pada sistem saraf pusat.

Dendrit (dari bahasa Yunani dendron, “pohon”) adalah cabang dari Neuron. Sel-sel saraf di otak disebut Neuron. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit).

informasitips.com – Psikososial adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara kondisi sosial seseorang dengan kesehatan mental/emosionalnya. Dari katanya, istilah psikososial melibatkan aspek psikologis dan sosial.

Faktor bawaan, yang disebut juga faktor keturunan atau faktor herediter, adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab mengapa ikan berenang, burung terbang, sapi berkaki empat, harimau makan daging, dan sebagainya. Hal yang sama menentukan mengapa manusia ada yang bemata biru, ada yang pendek, ada yang berkulit putih. Faktor herediter menentukan batas dan kemungkinan apa yang dapat terjadi pada organisme dalam lingkungan kehidupannya. Secara biologis, individu berkembang dari dua sel benih yaitu sel telur (ovum) yang ada pada ibu dan sel sperma yang berasal dari ayah dan akan membuahi sel telur. Sperma dan sel telur masing-masing berisi 23 kromosom, yaitu struktur yang berisi faktor-faktor herediter. Didalam setiap kromosom terdapat struktur yang lebih kecil lagi yang disebut gen. Gen inilah yang akan diturunkan seperti warna mata, warna rambut dan kulit. Sebagaimana sel telur yang telah dibuahi, yang berisi 23 kromosom, masing-masing sel dalam tubuh kita juga berisi 23 pasang. Setiap sel kemudian membelah menjadi dua sel dan seterusnya. Dengan demikian setiap sel kromosong membelah menjadi dua kromosom sehingga masing-masing sel baru berisi 46 kromosom yang berupa satu sama lain

John W. Santrock psikologi pendidikan edisi kedua Jakarta: kencana November 2007 edisi 2, cetakan 1, halaman 116 : Pengertian heteronomous morality adalah tahap pertama perkembangan moral (sekitar usia empat sampai tujuh tahun), di mana keadilan dan aturan dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah, diluar kontrol manusia. (menurut teori Piaget).

predisposisi/pre·dis·po·si·si/ /prédisposisi/ n 1 kecenderungan khusus ke arah suatu keadaan atau perkembangan tertentu; 2 kecenderungan untuk menerima atau menolak sesuatu berdasarkan pengalaman dan norma yang dimilikinya; 3 Dok keadaan mudah terjangkit oleh penyakit




[1] Hamdanah, Psikologi Perkembangan, (Malang:Setara Press, 2009), h.5
[2] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan,  (Jakarta: Kencana, 2011), h.19
[3] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 19-23
[4] Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini (Pengantar dalam Berbagai Aspeknya) Cetakan ke-2, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 7
[5] Ibid, . . h.147-153
[6] F.J.Monks, A.M.P.Knoers, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagianya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001), h. 176-178
[7] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,2011), h. 66-69
[8] Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaha Rosdakarya,2011), h. 69-72