BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi yang dalam Istilah lama disebut ilmu jiwa
itu berasal dari kata bahasa Inggris Psychologi.
Kata Psychology merupakan dua
akar kata yang bersumber dari bahasa Greece
(Yunani), yaitu: 1) psyche yang
berarti jiwa; 2) logos yang berarti
ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa.
Pada dasarnya, para ahli sepakat mengambil
kesimpulan bahwa psikologi perkembangan adalah sebuah studi yang mempelajari
secara sistematis perkembangan perilaku manusia secara ontogeni, yaitu
mempelajari struktur jasmani, perilaku, maupun fungsi mental manusia sepanjang
rentang hidupnya (life span) dari masa konsepsi hingga menjelang akhir
hayat.
Banyak hal yang dibahas dalam psikologi seperti :
perkembang-an kepribadian, persepsi, motivasi, emosi, belajar, ingatan,
berfikir, dan lain-lain.
Namun dalam makalah ini tidak akan dibahas semua hal
diatas. Hanya akan membahas tentang perkembangan anak pra-sekolah dan sekolah
dasar serta implikasinya dalam pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian perkembangan anak ?
2.
Bagaimana tahap pertumbuhan anak ?
3.
Bagaimana perkembangan anak masa pra-sekolah ?
4.
Bagaimana pekembangan anak masa sekolah dasar ?
5.
Bagaimana implikasi perkembangan anak masa
pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian perkembangan anak.
2.
Untuk mengetahui tahap pertumbuhan anak ?
3.
Untuk mengetahui perkembangan anak masa pra-sekolah
?
4.
Untuk mengetahui pekembangan anak masa sekolah dasar
?
5.
Untuk mengetahui implikasi perkembangan anak masa
pra-sekolah dan masa sekolah dasar dalam pendidikan ?
D.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam
makalah ini adalah metode library research. Yang mana penulis
menggunakan buku-buku dari perpustakaan sebagai bahan referensi dimana penulis
mencari literatur yang sesuai dengan materi yang di kupas dalam makalah ini dan
penulis menyimpulkan dalam bentuk makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Anak
Perkembangan merupakan suatu perubahan, dan
perubahan ini tidak bersifat kuantitatif, melainkan kualitatif. Perkembangan
tidak ditekankan pada segi material, melainkan pada segi fungsional.
Menurut Yusuf Syamsu (2001: 15), perkembangan adalah
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju tingkat
kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang berlangsung secara
sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah).
Adapun menurut Oemar Hamalik (2004: 84),
perkembangan merujuk kepada perubahan yang progresif dalam organisme bukan saja
perubahan dalam segi fisik (jasmaniah) melainkan juga dalam segi fungsi,
misalnya kekuatan dan koordinasi.
Dengan demikian, kita dapat mengartikan bahwa
perkembangan merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada
fungsi-fungsi. Dikatakan sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan
ini disebabkan oleh adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya
fungsi itu, dan di samping itu disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah
laku. Dari sini kita dapat merumuskan pengertian perkembangan pribadi, yaitu
suatu perubahan kualitatif dari setiap fungsi kepribadian akibat dari
pertumbuhan dan belajar.
Psikologi perkembangan adalah teori yang mempelajari
perkembangan manusia dari lahir sampai dewasa atau tua. Psikologi perkembangan
berarti juga upaya mengamati segala perubahan yang terjadi secara sistematis
dalam diri seseorang, mulai dari konsepsi (pertemuan sel telur dengan sperma)
sampai kematian.
Adapun psikologi perkembangan anak (early childhood
development), hanya mempelajari perkembangan manusia sejak lahir hingga
usia enam atau delapan tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di bidang neurologi
terbukti bahwa 50% kapasitas kecerdasan anak terbentuk pada kurun waktu empat
tahun pertama sejak kelahirannya. Pada saat anak mencapai usia delapan tahun,
maka perkembangan otak anak telah mencapai 80% perkembangan otak berada pada
rentang usia tersebut.
Pada saat anak dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan
dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya pada saat
setelah di luar kandungan. Bayi yang baru dilahirkan memiliki 100 miliar neuron
dan bertriliun-triliun sambungan antar neuron. Melalui persaingan alami
akhirnya sambungan-sambungan yang tidak atau jarang digunakan akan mengalami
atrofi. Pemantapan sambungan terjadi apabila neuron mendapatkan informasi yang
mampu menghasilkan letupan-letupan listrik. Letupan ini merangsang bertambahnya
produksi myelin yang dihasilkan oleh zat perekat Semakin banyaknya zat myelin
yang diproduksi maka semakin banyak dendrite yang tumbuh, sehingga akan semakin
banyak synapse yang berarti lebih banyak neuron-neuron yang menyatu membentuk
unit-unit.
Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah
informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Otak
manusia bersifat hologram yang dapat mencatat, menyerap, menyimpan,
memproduksi, dan merekonstruksi informasi. Kemampuan otak yang dipengaruhi oleh
kegiatan neuron ini tidak bersifat spontan, tetapi dipengaruhi oleh mutu dan
frekuensi stimulasi yang diterima indra. Stimulasi pada tahun-tahun pertama
kehidupan anak sangat memengaruhi struktur fisik otak anak, dan hal ini sulit
diperbaiki pada masa-masa kehidupan selanjutnya. Implikasinya adalah bahwa anak
yang tidak mendapatkan stimulasi psikososial seperti jarang disentuh atau
jarang diajak bermain akan mengalami berbagai penyimpangan perilaku.
Penyimpangan ini dalam bentuk hilangnya citra diri yang berakibat pada rendah
diri, sangat penakut, dan tidak mandiri, atau sebaliknya terlalu agresif.
Stimulasi psikososial untuk merangsang pertumbuhan
anak tidak akan memberi arti bagi masa depan anak jika derajat kesehatan dan
gizi anak tidak menguntungkan. Pertumbuhan otak anak ditentukan oleh bagaimana
cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak pada usia dini yang
sering disebut critical period ini. Gizi yang tidak seimbang maupun gizi
buruk serta derajat kesehatan anak yang rendah akan menghambat pertumbuhan
otak, dan pada gilirannya akan menurunkan kemampuan otak dalam mencatat,
menyerap, memproduksi, dan merekonstruksi informasi.
Di samping itu, rendahnya derajat kesehatan dan gizi
anak akan menghambat pertumbuhan fisik dan motorik anak yang juga berlangsung
sangat cepat pada tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi
pada pertumbuhan fisik dan motorik anak, sulit diperbaiki pada periode
berikutnya, dan jika kondisi ini terus berlanjut, dapat mengakibatkan cacat
permanen.
Konsep di atas menuntut adanya pengintegrasian aspek
psikososial dan pendidikan, gizi dan kesehatan dalam proses tumbuh kembang
anak, atau dengan kata lain anak mendapatkan layanan dasar secara holistis.
Dalam perkembangan anak, pada saat-saat tertentu dapat terjadi kemandekan
tugas-tugas perkembangan (discontinuity), misalnya karena sakit, namun
setelah masa ini berlalu ada tugas perkembangan vang bisa dikejar dan ada pula
yang tidak dapat dikejar sama sekali.
B.
Tahap Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang dimaksud tidak hanya pada bagian
luar tubuh saja tetapi juga pada organ dalam tubuh, termasuk otak, jantung, dan
hati. Tahap pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat
dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
Masa pra lahir atau masa konsepsi, yaitu masa mudghah, yaitu sejak
pembuahan hingga kehamilan delapan minggu. Secara genetis pertumbuhan manusia
diawali dari bertemunya sperma dan sel telur. Pada masa ini juga mengalami
pertumbuhan yang cepat dalam pembentukan janin hingga menjadi bayi yang ada
dalam kandungan ibu, pada masa kehamilan.
2.
Masa bayi,
yaitu masa sejak lahir sampai usia satu tahun. Pada masa ini pertumbuhan bayi
sangat cepat dan signifikan. Setiap hari bentuk dan ukuran bayi dapat dilihat
pertumbuhannya secara fisik, panjangnya, berat, dan tinggi badannya.
3.
Masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun.
4.
Masa prasekolah, yaitu anak berusia 4-5 tahun.
5.
Masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun.
6.
Masa remaja, yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Pertumbuhan dan perkembangan seorang anak ditentukan
oleh faktor-faktor bawaan dan lingkungan serta interaksi kedua faktor ini.
Dalam prosesnya kedua faktor ini saling berinteraksi dengan faktor psikologis
manusia sehingga terbentuklah manusia seperti apa yang kita lihat. Pertama,
faktor genetik atau bawaan merupakan potensi dasar yang dibawa oleh manusia,
dan kedua, faktor lingkungan memberikan kesempatan faktor genetik tersebut
berkembang secara optimal.
Stimulasi yang diberikan akan berpengaruh secara
optimal pada anak jika diberikan tepat pada saat munculnya masa peka pada anak
dan sesuai dengan kondisi anak dalam semua aspek tumbuh kembang.
C.
Perkembangan Anak Pra-Sekolah (Usia 4-5 Tahun)
Perkembangan merupakan proses yang teratur yang
berkaitan dengan reorganisasi perilaku dan perubahan kualitatif pada diri
seseorang. Perkembangan anak usia dini merupakan bagian dari perkembangan
manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan
fisik motorik, kognitif, bahasa, dan sosial emosional. Perkembangan anak
diperoleh melalui kematangan dan belajar. Perkembangan karena faktor belajar
dapat terjadi dalam berbagai situasi lingkungan di mana terjadi interaksi anak
dengan manusia lain dan lingkungan alam sekitar. Belajar pada dasarnya
merupakan proses perubahan tingkah laku yang bersifat permanen sebagai hasil
interaksi individu dengan lingkungan. Memahami perkembangan anak, maka perlu
memahami karakteristik masing-masing perkembangan.
Banyak para ahli mengemukakan ciri-ciri anak usia
dini, di antaranya Snowman (1993) yang telah memaparkan ciri-ciri anak usia
dini antara usia 3-6 tahun, sebagai berikut:
1.
Ciri Fisik Anak Pra-Sekolah
Penampilan
maupun gerak gerik anak taman kanak-kanak mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumnya, anak pra-sekolah umumnya sangat aktif. Mereka
telah memiliki penguasaan (control) terhadap tubuhnya, sangat menyukai
kegiatan yang dilakukan sendiri. Otot-otot besar pada anak taman kanak-kanak
lebih berkembang dari kontrol jari dan tangan. Oleh karena itu, biasanya anak
belum terampil dalam kegiatan yang rumit seperti mengikat tali sepatu. Anak
masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya pada
objek-objek yang kecil ukurannya, itu sebabnya koordinasi tangan dan matanya
masih kurang sempurna. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala
yang melindungi otak masih lunak. Oleh karena itu, hendaknya berhati-hati bila
anak berkelahi dengan teman-temannya. Orang tua atau guru harus senantiasa
mengawasi dengan cermat dan telaten.
2.
Ciri sosial anak usia dini
Paten (1932), mengamati tingkah laku sosial anak
usia dini ketika mereka sedang bermain bebas sebagai berikut :
a.
Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan sesung-guhnya. Ia
mungkin berdiri di sekitar anak lain dan memandang. temannya tanpa melakukan
kegiatan apa pun.
b.
Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat permainan
berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang ada di dekatnya. Mereka tidak
berusaha untuk saling bicara.
c.
Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan mengamati. Kadang
memberi komentar tentang apa yang dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha
untuk bermain bersama.
d.
Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi tidak
sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka menggunakan alat
mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan cara yang tidak saling bergantung.
e.
Bermain asosiatif. Anak bermain dengan anak lain tetapi tanpa
organisasi. Tidak ada peran tertentu, masing-masing anak bermain dengan caranya
sendiri-sendiri.
f.
Bermain kooperatif. Anak bermain dalam kelompok di mana ada organisasi,
ada pimpinannya. Masing-masing anak melakukan kegiatan bermain dalam kegiatan
bersama, misalnya perang-perangan, sekolah-sekolahan, dan lain-lain. Sejalan
dengan perkembangan kognitif anak.
3.
Ciri emosional anak usia dini
Hurlock (1992:
116), mengemukakan pola-pola emosi umum pada awal masa kanak-kanak sebagai
berikut :
a.
Amarah. Penyebab amarah yang paling umum ialah
pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang
hebat dari anak lain.
b.
Takut. Pembiasaan, peniruan, dan ingatan tentang
pengalaman yang kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa
takut seperti cerita-cerita, gambar-gambar, acara radio, dan televisi dengan
film-film yang menakutkan.
c.
Cemburu. Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa
minat dan perhatian orangtua beralih kepada orang lain di dalam keluarga,
biasanya adik yang baru lahir.
d.
Ingin tahu. Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap
hal-hal yang baru dilihatnya, juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang
lain.
e.
Iri hati. Anak-anak sering iri hati mengenai
kemampuan atau barang yang dimiliki orang lain.
f.
Gembira. Anak-anak merasa gembira karena sehat,
situasi yang tidak layak, bunyi yang tiba-tiba atau yang tidak diharapkan,
bencana yang ringan, membohongi orang lain, dan berhasil melakukan tugas yang
dianggap sulit.
g.
Sedih. Anak-anak merasa sedih karena kehilangan
segala sesuatu yang dicintai atau yang dianggap penting bagi dirinya, apakah
itu orang, binatang, atau benda mati seperti mainan.
h.
Kasih sayang. Anak-anak belajar mencintai orang
lain, binatang, atau benda yang menyenangkannya.
4.
Ciri kognitif anak usia dini
ciri-ciri perkembangan sosial dan emosional anak
usia 4-6 tahun menurut Steinberg dkk. (1995: 48) sebagai berikut :
a.
Lebih menyukai bekerja dengan dua atau tiga teman
yang dipilih sendiri, bermain dalam kelompok dan senang bekerja berpasang -pasangan.
b.
Mulai mengikuti dan mematuhi aturan serta berada
pada tahap heteronomous morality. Artinya pada masa ini anak sudah mampu
menilai kebenaran atau kebaikan perilaku dengan mempertimbangkan akibat-akibat
dari perilaku.
c.
Dapat membereskan alat mainan.
d.
Rasa ingin tahu yang besar, mampu bicara dan
bertanya apabila diberi kesempatan, dapat diajak diskusi.
e.
Mulai dapat mengendalikan emosi diri.
f.
Mempunyai kemauan untuk berdiri sendiri-sendiri.
D.
Perkembangan Anak pada Masa Sekolah Dasar (usia 6-12
tahun)
Sampai dengan Gestaltwandel pertama (Zeller, 1952;
Hetzer, 1961) sekitar 6 tahun terlihat bahwa badan anak bagian atas lebih
lamban berkembangnya daripada badan bagian bawah. Anggota-anggota badan masih
relatif pendek, kepala relatif besar, perutnya masih besar dan ada gigi susu.
Sesudah Gestaltwandel pertama bila anak sudah
mencapai bentuk anak sekolah maka ia akan lebih menyerupai bentuk orang dewasa
daripada misalnya anak umur 2 tahun. Bertambahnya berat badan sebagian besar merupakan
akibat bertambahnya jaringan urat daging. Dalam keseluruhannya maka keadaan
jasmani anak menjadi lebih stabil dan lebih kuat. Sebagai akibat bertambahnya
differensiasi dan myelinisasi (myeline = suatu zat seperti lemak dalam sungsum
tulang belakang dan urat syaraf) dalam susunan urat syaraf maka
kecakapan-kecakapan motorik bertambah banyak. Pada umur 5 tahun keseimbangan
badan anak sudah berkembang cukup baik, anak sudah pandai berjalan, dapat naik
tangga, meloncat dari tanah dengan kedua kakinya bersama-sama dan sering juga
sudah dapat bersepeda.
Sesudah Gestaltwandel pertama, jadi sesudah usia 6
tahun. pertumbuhan badan menjadi agak lambat,
daripada waktu-waktu sebelumnya. Sampai umur 12 tahun anak bertambah panjang 5
sampai 6 cm tiap tahunnya. Sampai umur 10 tahun dapat dilihat bahwa anak
laki-laki agak lebih besar sedikit daripada anak wanita, sesudah itu maka
wanita lebih unggul dalam panjang badan, tetapi sesudah ±15 tahun anak
laki-laki mengejarnya dan tetap unggul daripada anak wanita.
Berat badan anak bertambah lebih banyak daripada
panjang badannya. Pada akhir periode ini diketemukan lebih banyak perbedaan
individual di antara anak-anak, sekarang nampak lebih banyak perbedaan fisik
yang khas daripada dulu.
Seperti telah diketemukan di muka maka pada
permulaan masa sekolah, jadi sekitar 6 tahun, kaki dan tangan menjadi lebih
panjang, dada dan panggul lebih besar. Dalam hal ini hampir tidak ada
perbedaan-perbedaan karena jenis seks. Pada umumnya ada relasi yang tetap dalam
perkembangan tulang dan jaringan. Dengan terus bertambahnya berat dan kekuatan
badan dapat diharapkan bahwa kemampuan seperti lari, meloncat dan melempar akan
bertambah dalam masa ini. Dari itu juga dapat nampak anak makin bertambah cepat
larinya. Juga mereka makin pandai meloncat dengan bertambahnya usia. Dalam hal
ini sekali lagi ada perbedaan pada masing-masing anak.
Pada umur 6 tahun keseimbangan badannya relatif
berkembang baik, anak makin dapat menjaga keseimbangan badannya (paling senang
berjalan di atas dinding, pagar dan sebagainya). Penguasaan badan seperti
membongkok, melakukan macam-macam latihan senam serta aktivitas olah raga
berkembang dalam masa anak sekolah. Juga berkembang koordinasi antara mata dan
tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak,
melempar dan menangkap.
Kekuatan badan dan kekuatan tangan pada anak
laki-laki bertambah dengan pesat antara usia 6 dan 12 tahun. Dalam masa ini
juga ada perubahan dalam sifat dan frekuensi motorik kasar dan halus. Ternyata
bahwa kecakapan motorik ini makin disesuaikan dengan ’’keleluasaan” lingkungan.
Gerakan motorik sekarang makin tergantung daripada aturan formal dan aturan
yang telah ditentukan dan bersifat kurang spontan. Gerakan yang sangat banyak
dilakukan oleh anak makin berkurang pada akhir masa ini.
Hal yang perlu selalu dibicarakan adalah gejala
bentuk badan yang dianggap mempunyai hubungan yang langsung dengan beberapa
sifat kepribadian tertentu. Sheldon membuat pembagian ke dalam 3 macam tipe',
yaitu tipe endomorf (pendek dan gemuk), ektomorf (panjang dan
kurus) dan mesomorf (urat-urat daging kuat dengan proporsi yang baik).
Verdonck (1972) berusaha untuk membenarkan tipologi konstitusi tubuh Sheldon
tersebut dengan penelitian yang mendalam terhadap anak-anak yang ada dalam
yayasan-yayasan.
Verdonck menemukan adanya hubungan antara tipe
konstitusi tubuh tadi dengan tingkah laku tertentu. Ia menunjukkan adanya
hubungan sebab akibat langsung antara bentuk tubuh dan tingkah laku tangan. Dia
dapat menunjukkan bahwa tipe-tipe tersebut mempunyai pre-disposisi untuk
belajar tingkah laku-tingkah laku tertentu. Jadi dapat disimpulkan di sini
bahwa suatu tipe tertentu tadi tidak langsung berhubungan dengan suatu tingkah
laku, melainkan mempunyai lebih banyak kemungkinan untuk mengembangkan beberapa
bentuk tingkah laku tertentu. Hal tersebut dianggap tidak hanya dapat terjadi
pada orang dewasa, melainkan sudah memegang peranan penting dalam masa
kanak-kanak.
E.
Implikasi dari Perkembangan Anak pada Masa
Pra-Sekolah dan pada Masa Sekolah Dasar dalam Pendidikan.
1.
Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam
pendidikan
Dari berbagai sumber yang didapat, penulis
berkesimpulan bahwa Implikasi perkembangan anak masa pra-sekolah dalam
pendidikan di sini lebih mengarah pada tugas-tugas perkembangan pada masa
pra-sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut adalah sebagai berikut
:
a.
Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Melalui
observasi (pengamatan) anak dapat melihat tingkah laku, bentuk fisik dan
pakaian yang berbeda antara jenis kelamin yang satu dengan yang lainnya.
b.
Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis. Keadaan
jasmani anak sangat labil apabila dibandingkan dengan orang dewasa, anak cepat
sekali merasakan perubahan suhu sehingga temperatur badannya mudah berubah.
c.
Membentuk konsep-konsep (pengertian) sederhana
kenyataan sosial, dan alam. Pada mulanya dunia ini bagi anak merupakan suatu
keadaan yang kompleks dan membingungkan. Lama kelamaan anak dapat mengamati
benda-benda atau orang-orang di sekitarnya.
d.
Belajar mengadakan hubungan emosional dengan orang
tua. saudara, dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang-orang yang
ada di sekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu isyarat, menirukan dan
menggunakan bahasa.
e.
Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang
berartil mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedonisme naif,
dimana kenikmatan dianggapnya baik, sedangkan penderitaan dianggapnya buruk
(hedonisme adalah aliran yang menyatakan bahwa manusia dalam hidupnya bertujuan
mencari kenikmatan dan kebahagiaan).
2.
Implikasi perkembangan anak masa sekolah dalam
pendidikan
Sejalan dengan
pemaparan di atas, di sini penulis juga berkesimpulan bahwa Implikasi
perkembangan anak masa sekolah dalam pendidikan di sini lebih mengarah pada
tugas-tugas perkembangan pada masa sekolah. Yang mana tugas-tugas tersebut
adalah sebagai berikut
:
a.
Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk
melakukan permainan.
b.
Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya
sendiri sebagai makhluk biologis.
c.
Belajar bergaul dengan teman-teman sebaya.
d.
Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis
kelaminnya.
e.
Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis,
dan berhitung.
f.
Belajar mengembangkan konsep sehari-hari.
g.
Mengembangkan kata hati.
h.
Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
i.
Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok
sosial dan lembaga-lembaga.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Perkembangan
merupakan perubahan yang bersifat kualitatif daripada fungsi-fungsi. Dikatakan
sebagai perubahan fungsi-fungsi ini, karena perubahan ini disebabkan oleh
adanya proses pertumbuhan material yang memungkinkan adanya fungsi itu, dan di
samping itu disebabkan oleh perubahan-perubahan tingkah laku.
Tahap
pertumbuhan sejak konsepsi sampai usia 18 tahun secara singkat dapat
digambarkan sebagai berikut : Masa pra lahir atau masa konsepsi, masa bayi,
masa balita, yaitu mulai usia 1-3 tahun, masa pra sekolah, yaitu anak berusia
4-5 tahun, masa sekolah dasar, yaitu anak berusia 6-12 tahun, dan masa remaja,
yaitu masa pada saat anak berusia 12-18 tahun.
Perkembangan
pada masa pra-sekolah mencakup perkembang-an fisik motorik, kognitif, bahasa,
dan sosial emosional.
B.
Saran
Makalah ini
mungkin sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis selalu mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca sekalian, agar menjadi masukan dan perbaikan bagi
penulis sehingga kedepannya makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA